Al-Battani, Penemu Jumlah Hari Dalam Setahun |
Al-Battani – Penemu Jumlah Hari dalam Setahun.
Jumlah hari dalam setahun adalah 365 hari. Bagaimana jumlah ini bisa
diperoleh, dan siapakah orang yang pertama kali menemukannya? Apakah
penentuan jumlah itu asal-asalan saja atau dengan memperhitungkan banyak
hal? Kenapa harus 365 hari, tidak dibuat 500 atau 1000 hari saja supaya
mudah untuk diingat? Tentu anda penasaran, bukan???
Al-Battani
adalah nama seorang ilmuwan yang disebut-sebut berjasa menemukan
hitungan jumlah hari dalam setahun. Nama lengkap Al-Battani adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan Al-Battani.
Orang Eropa menjuluki Al-Battani dengan sebutan Albategnius. Ia lahir
pada tahun 858 M di dekat kota Battan, Harran. Ia dikenal sebagai ahli
astroomi dan matematika terbesar di dunia pada abad pertengahan.
Al-Battani belajar astronomi dan matematika dari ayahnya, Jabir Ibnu Sin’an.
Kemudian melanjutkan studinya untuk memperdalam kedua disiplin ilmu
tersebut di kota Rakka, di tepi sungai Efrat. Pada akhir abad sembilan,
Al-Battani pindah ke Samarra untuk bekerja hingga meninggal dunia tahun
929 M.
Al-Battani berhasil
menghitung jumlah hari dalam setahun (dalam tahun masehi) berdasarkan
penghitungan waktu yang digunakan bumi untuk mengelilingi matahari,
yakni 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Jadi, penentuan jumlah
hari dalam setahun bukanlah asal-asalan saja, melainkan berdasarkan
perhitungan yang cermat dan matang. Kita tidak bisa sembarangan
menentukannya, karena sistem kalenderium itu juga berguna untuk meramal
atau menentukan musim.
Perubahan
musim ditentukan oleh posisi matahari terhadap bumi. Pada bulan mei
misalnya, matahari berada di utara khatulistiwa. Angin bergerak dari
selatan (yang dingin) menuju utara (yang lebih panas) melewati gurun
Australia yang kering. Akibatnya, setiap bulan Mei, di Indonesia terjadi
musim kemarau. Kalau perhitungannya tidak tepat, peramalan musim juga
keliru. Misalnya, pada bulan mei, tidak selalu juga terjadi kemarau.
Hasil
perhitungan Al-Battani di atas mendekati perhitungan menggunakan
peralatan canggih yang digunakan para ilmuwan di abad ini. Sebagai
ilmuwan astronomi, Al-Battani banyak menulis buku tentang astronomi dan
trigonometri, termasuk sistem perhitungan almanak dan kalenderium
seperti yang diulas di atas. Almanak yang diciptakan oleh Al-Battani
diakui merupakan sistem perhitungan astronomi yang paling akurat, yang
sampai kepada kita sejak abad pertengahan. Pada abad pertengahan,
orang-orang Eropa menggunakan sistem ini sampai abad pencerahan.
Dalam
pembukuan Almanak, Al-Battani berkata “Ilmu astronomi merupakan bagian
dari ilmu dasar yang sangat bermanfaat. Melalui ilmu astronomi, manusia
mengetahui hal-hal penting. Dilihat dari manfaat dan kegunaannya dalam
kehidupan manusia, astronomi menjadi ilmu yang sangat penting untuk
diketahui”.
Pada tahun 1899, di kota
Roma dicetak sebuah buku berjudul Az-Zaujush Shabi li Batani (Almanak
versi Al-Battani) yang disunting oleh Carlo Nallino dari manuskrip yang
disimpan di perpustakaan Oskorial, Spanyol. Karya lain Al-Battani yang
terkenal adalah Syarh al-Makalat al-Arba’I li Batlamius. Karya ini
berisi uraian dan komentar tajam terhadap pemikiran Ptolemy yang
tertuang dalam “Tetrabilon” nya.
Al-Battani
mengubah teori Ptolemy, serta meralat perhitungan orbit bulan dan
beberapa planet. Dia membuktikan bahwa orbit benda langit berbentuk
elips, dan membuktikan perubahan posisi matahari menjadi penyebab
perubahan musim. Ilmuwan Eropa, Duntho (1749 M), memanfaatkan penemuan
Al-Battani tentang orbit elips dari benda langit untuk memetakan
pergerakan bulan.
Sementara penemuan
Al-Battani dibidang trigonometri, termasuk konsep sinus, kosinus,
tangen, dan kotangen, masih digunakan hingga saat ini. Al-Battani
meninggal dunia pada tahun 929 M. Demikianlah artikel yang saya sempat
posting untuk hari ini. Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar